KARYA SASTRA

Antara Benang, Angin dan Layang-layang

benang-benang kusut berteriak lantang
unjuk diri tuk melanglang
apalah pikirnya mudah?
tidaklah demikian halnya

seutas benang utuh belumlah tentu sanggup
angin pun perlu deru kencangnya
walau melaju rendah sekalipun
masihlah retas kan menghempas
layang-layang pun memandang
lalu berpulang dengan bimbang
sembari berkata benahi diri kalian

dalam penantian sabarnya
ia meronai warna jiwanya
menimbang berat wataknya
sebelum keyakinannya penuh

kini benang dan angin datang pun menyatu
melayang di ujung mega
menatap dunia dibawahnya
sembari tersenyum pada angin
dan berpijak pada benang
terima kasih katanya
lalu mengecup kebersamaan
mengalahkan aral yang melintang


DALAM KANTUK

Sesunyi ini hati
waktu pun beranjak
menghampiri kantukku
menyapa di ufuk

segumpal gundah
harapan yang pecah
menggerus ini lelah
diam dalam jengah

ku ingin indah mimpi
merangkum hasrat terpendam
bukan semata khayal
bukan, bukan itu yang ku pinta
ku harap pulas
berbalut dingin yang mencekam

selusur angin, buai indahnya peraduan
melantunkan kidung mimpi
dalam perjalanan
dimensi lain
dunia bawah sadarku

entahlah, apalagi kini
setelah waktu menyepi
entahlah, apa aku masih kan terjaga
setelah aku bermimpi
apakah mati kan seperti ini


SEHEMPAS GULANA

Kesunyian memasung waktu
Di tepi hasrat
Sehempas gulana mengelana
Menyeru jiwa yang terlunta

Air mata,
Berbisik dalam sekat
Berkisah pada kelam
Dengungkan renjana di untai kesiap

Bayang-bayang dirundung resah
Tiada habisnya ia mengeja asmara
Menusuk segenap pikiran
Antah berantah

Dalam derap angin
Rindu ini mengukir rasa
Di simpang titian
Memendam rangkaian kata


PAGIKU KALAH LAGI

awan hitam telah kalahkan pagi
tunduk terlipat wajahnya
tak mampu tersenyum lagi
hempaskan kelam
yang berpundung-pundung

mentari pun menangis
dalam pelukan dingin
saat selintas cahaya
menancap di kelambu udara
paksa pendengaran rapatkan tangan
undang gemuruh tuk bertandang
hadiri hujan yang tengah berpesta


PERHELATAN SUCI

Gelak tawa masih tergantung di cakrawala
Kala tetamu dengungkan nama-nama
Di kursi yang menunggu kehangatan
Masihlah pagi, saat sekawanan awan tergantung ditenda, termangu
Dan debu masih menyapu jalan

Jam ditanganku menunjuk kedatanganmu
Berjalan tergopoh mengukur senyum yang mencair
Kaki-kaki pun bersahutan membentuk dentuman
Menyisir rengkuh sang mempelai
Menyajikan beragam warna bahagia
Segumulan doa yang bersemayam di perhelatan agung
Menyaksikan sepasang insan memadu mahligai
Berikrar menjaga janji suci


DUNIA MAYA (INTERNET)

malam tak ingat lagi menjaga rembulan
hingga terbungkus pagi
mengembun di dua mata
selingkuhi waktu di jemari yang menari

ku terus saja membacamu
lewat aksara imaji
menjalin benang-benangnya
yang seperti mengupas lapis demi lapis kulitku

melihat isi dunia
menggambarkan fakta dan informasi
dalam media grafis
seperti wujud nyata

mendengarmu hingga tuli
tanpa batas ruang
menghiburku dengan alunan
yang menusuk telingaku berkali-kali

dunia maya yang pandai meraba
obsesi sebuah kecerdasan
secepat kilat mengejar waktu
dan buat orang terpana

Fro kalau bisa diedit dijadikan satu topic untuk sastra ini , tq

ok gan, ni lg aku edit

gmn? msh krng ramping kah? :bounce:

Nah sip fro,..jadi satu topic sekarang..lanjutkan..

Apik neh gae warna warni kang fro hehehehe, ben cah sma sing meh golek puisi do kecantol katoe hehehehe :lol!:

Sip bngt, pak ali. Untuk yg lain segera menyusul